Ilustrasi migrasi penduduk: istockphoto |
Kedatangan migrasi penduduk Rohingya dari negara Myanmar ke Aceh semakin hari semakin banyak serta masif. Dilansir data dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) bahwa jumlah pengungsi Rohingya yang sudah datang di Indonesia pada tahun 2023 sudah mencapai total 1.478 orang. Hal ini tentunya mejadi kekhawatiran tersendiri dikarenakan ternyata ada tambahan susulan jumlah pengungsi Rohingya yang datang lagi ke Aceh secara berkesinambungan.
Perlu diketahui bahwa Etnis Rohingya merupakan salah satu etnis minoritas dari negara Myanmar yang sebagian beragama Islam serta mayoritas beragama Buddha. Etnis Rohingya kabur dari negara Myanmar dikarenakan di negara mereka tidak mendapatkan hak penuh sebagai warga negara, sehingga banyak yang melarikan diri ke negara tetangga seperti Bangladesh, Thailand, Malaysia, Singapore, dan Indonesia.
Pada tahun 2023 saat ini migrasi etnis Rohingya ke Aceh semakin hari semakin banyak, hal ini membuat masalah tersendiri di kota Aceh. Setelah tahun sebelumnya disambut baik oleh warga Aceh ternyata tahun 2023 ditolak keras oleh warga Aceh.
Bukan tanpa alasan, ternyata alasan warga Aceh menolak keras Etnis Rohingya adalah perilaku buruk pengungsi sebelumnya yang ketika tinggal di Aceh membuat masalah dari kriminal seperti mencuri, berzina, memperkosa, serta tidak mematuhi syariat Islam di daerah Aceh. Tentunya hal ini membuat berang warga Aceh yang secara tegas menolak kedatangan etnis Rohingya ke Aceh.
Alasan lainnya adalah bahwa etnis Rohingya selama ini ketika tinggal di daerah Aceh tidak tahu berterima kasih serta bersyukur. Hal ini dikarenakan banyak etnis Rohingya yang banyak mengeluh dari Nasi yang kurang banyak, lauk ayam yang tidak enak dan sering membuang makanan yang sudah diberikan oleh warga Aceh.
Karena faktor inilah yang menjadi anggapan bahwa etnis Rohingya di Aceh tidak tahu berterima kasih. Bahkan dari akun instagram Sumatra Talk didapatkan rekaman bahwa ada kapal susulan lagi yang akan mendarat di pulau Sabang di Aceh.
Hal ini tentunya menjadi pertanyaan bagi kita semua, bagaimanakah sistem pertahanan kita? Kenapa bisa sampai kapal imigran gelap mendarat di Pulau Indonesia berkali-kali. Dimanakah Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut kita? Dimanakah Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) kita?
Kejadian lolosnya warga asing dalam jumlah besar di Pulau Indonesia tentunya harus menjadi evaluasi, instrospeksi, serta perhatian bagi sistem pertahanan negara kita. Di Pulau Sabang yang wilayahnya besar saja bisa lolos? Bagaimana dengan pulau yang kecil serta terpencil? Bagaimana kalau ada penyusup masuk?
Hal yang membuat semakin menggelitik adalah ternyata penanganan untuk etnis Rohingya di Aceh kurang cepat. Bahkan membuat keresahan warga Aceh, sehingga terjadi demonstrasi dimana-mana. Pihak pemerintah pusat baru merespon cepat setelah kejadian sudah viral serta sudah terjadi konflik.
Hal yang sangat disayangkan adalah ada seorang pejabat negara yang menyampaikan statement bahwa Etnis Rohingya akan ditempatkan di Pulau Galang Indonesia. Kemudian ditambah statement dari Badan Internasional yang menyampaikan bahwa supaya etnis Rohingya ditaruh di sebuah pulau aman kemudian diberikan pendidikan, kesehatan dan diberikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Indonesia.
Bagi saya pribadi tidak sependapat tentang hal demikian, kenapa? Kita saja yang warga biasa yang ingin pergi ke luar negeri harus memakai paspor dan VISA, serta apabila kita melanggar akan di deportasi oleh pihak Imigrasi.
Kemudian alasan selanjutnya, bahwa jika mereka diberikan KTP Indonesia, bagaimana kita bisa yakin bahwa di antara ribuan warga Rohingya yang datang ke Aceh tidak ada penyusup. Bagaimana kalau di antara sekian ada penyusup yang memiliki misi tertentu, pasti akan membahayakan keamanan serta kedaulatan bangsa Indonesia.
Kemudian apabila kita memposisikan sebagai warga Aceh yang dulu pernah menerima dengan baik, ternyata setelah dibantu dengan baik justru membuat ulah, ada yang memperkosa. Bagaimana perasaan orang tua tersebut merasakan anaknya trauma seumur hidup karena diperkosa. Kemudian apakah kalian juga merasakan bahwa setiap hari warga Aceh diliputi dengan perasaan was-was tidak tenang apabila terjadi apa-apa karena semakin banyaknya jumlah warga Rohingya yang datang ke Aceh.
Alasan selanjutnya adalah semakin banyaknya warga Rohingya yang kabur dari penampungan yang sudah disediakan oleh pemerintah daerah Aceh. Tentunya akan membuat kekhawatiran keamanan di wilayah setempat menjadi rawan.
Kemudian siapakah yang bisa menjamin mereka etnis Rohingya tidak akan menuntut meminta wilayah tanah atau pulau Indonesia seperti di negara Malaysia dan Singapore? Dikarenakan pengalaman dari negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapore, mereka menolak keras warga Rohingya untuk tinggal menetap di negara mereka dikarenakan berbuat ulah dari meminta wilayah hingga lain-lain. Jangan sampai kejadian Israel dan Palestina terulang dikarenakan memudahkan warga asing untuk menetap di Indonesia.
Hal selanjutnya adalah ketika semakin banyaknya imigran gelap yang masuk ke negara Indonesia tentunya akan berpotensi terjadinya bentrokan dengan penduduk setempat.
Tanpa mengesampingkan dari sisi kemanusiaan, bahwa kita sebagai sesama manusia yang harus kita lakukan adalah tetap membantu mereka etnis Rohingya berupa sandang, pangan, dan papan. Setelah semuanya sudah siap dan selesai, kemudian mengembalikan mereka ke negara asal.
Tentunya sebelum dikembalikan ke negara asal, dari pemerintah Indonesia melakukan komunikasi Bilateral dengan negara Myanmar serta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Setelah semuanya siap, baru mereka dikembalikan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia.
Solusi tentang memberikan mereka KTP Indonesia merupakan tindakan yang ceroboh serta kurang tepat. Mungkin saat ini baru ribuan yang datang ke Indonesia, bagaimana kalau 1 juta warga Rohingya datang ke Indonesia? Apakah juga akan kita buatkan KTP Indonesia. Tindakan tegas dari pemerintah Indonesia saat ini perlu dilakukan untuk menjaga kedaulatan negara Indonesia.
Negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapore sudah tegas menolak imigran gelap dikarenakan sudah membuat onar dengan meminta wilayah. Seharusnya pemerintah Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama tanpa mengesampingkan kemanusiaan.
Apalagi saat ini negara Indonesia baru memasuki masa kampanye Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden, dan Wakil Presiden. Tentunya hal ini bisa menjadi ancaman dari asing untuk menyusup ke negara Indonesia.
Kita tidak ingin apabila ada pihak asing yang melakukan setting mengirim warga asing ke Indonesia kemudian diberikan KTP Indonesia serta mencoblos Presiden tertentu yang diarahkan oleh pihak asing. Tentunya Pemerintah Pusat harus segera mengambil tindakan preventif yang cepat dan tepat.
Menurut saya, ketegasan pemerintah Indonesia saat ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan pertahanan Indonesia serta diimbangi diplomasi pemerintah Indonesia kepada pemerintah Myanmar untuk pengembalian ke negara asal mereka. Tentunya selama proses pengurusan pengembalian etnis Rohingya, kebutuhan kemanusiaan tetapi dicukupi sebelum dikembalikan.
Hal yang paling penting adalah juga ikut meningkatkan kesejahteraan warga lokal Aceh, selain Rohingya. Jangan sampai muncul kecemburuan sosial karena kebutuhan pokok warga sendiri belum tercukupi, tetapi sudah mencukupi yang lain.
Prima Trisna Aji di China |
Penulis: Prima Trisna Aji (Dosen
Spesialis Medikal Bedah dari Indonesia, S3
PhD Lincoln College University Malaysia)
Editor: Agustin Fajariah Asih
0 Komentar