Ilustrasi mengontrol emosi oleh: pixabay

Pertarungan gladiator, itulah kata pertama yang disematkan dalam acara debat calon presiden (Capres) dan wakil presiden (Cawapres) tahap pertama yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Debat Capres yang diharapkan bisa menjelaskan visi dan misi program untuk memajukan Indonesia, justru seperti ajang pertarungan Gladiator.

Gladiator merupakan pertarungan bersenjata yang dilakukan untuk menghibur penonton di Republik negara Romawi. Dalam pertarungan tersebut mereka bertarung melawan sesama petarung gladiator, binatang buas, dan petarung lainnya.

Ajang debat Capres tahap pertama yang diadakan beberapa hari lalu (12/12/23) cenderung seperti ajang bunuh-membunuh serta saling membuka kartu AS masing-masing. Sangat disayangkan, dimana debat yang diharapkan Capres bisa memaparkan secara gamblang visi misi mereka untuk membawa kemajuan Indonesia ke depan untuk menjadi lebih baik, justru seperti ajang saling menjelekkan satu sama lain.

Dalam ajang debat Capres tersebut dipenuhi dengan jurus pamungkas para Capres untuk menjatuhkan masing-masing Capres lainnya. Setiap Capres seperti sudah menyimpan kartu AS kelemahan masing-masing yang suatu saat akan meledak seperti Bom waktu.

"Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji mengusulkan pentingnya Tekhnik relaksasi bagi Calon Presiden ketika debat calon presiden ke depan/Foto: Dokpri"

Dalam debat Capres tersebut, ketika intro pembukaan Debat dimulai sudah langsung di “gas pool” dari Capres nomor urut 1, yaitu Anis Baswedan. Anis langsung menembak dengan telak tentang kelemahan hukum di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Tanpa ampun Anis langsung menguliti kelemahan pemerintahan sekarang yang harus diperbaiki.

Setelah mendapatkan kesempatan berbicara, Capres nomor urut 2, yaitu Prabowo Subianto pun tidak mau kalah dengan menyebut bahwa setiap pemerintahan pasti ada kelemahan dan kelebihan. Seperti api di dalam sekam, masing-masing calon presiden seperti terbakar api amarah.

Tidak mau tinggal diam, Capres nomor urut 3 yaitu Ganjar Pranowo juga tanpa ampun langsung menembak masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lalu kepada Prabowo Subianto. Ganjar menantang Prabowo Subianto apakah berani mendirikan pengadilan HAM apabila terpilih nantinya.

Menurut saya, debat Capres tahap pertama kali ini cenderung lebih emosional, memakai perasaan, sensitif dan seperti ajang arena saling menjatuhkan. Bahkan capres Prabowo Subianto terlihat emosional dan membuka tabir masa lalu ketika Anis Baswedan memberikan pertanyaan kepada Prabowo.

Sedangkan Capres nomor urut 3 yaitu Ganjar Pranowo juga cenderung menjatuhkan Prabowo Subianto dengan masalah HAM masa lalu Prabowo dan masalah kasus Mahkamah Konstitusi (MK) yang merevisi batas usia presiden dan wakil presiden.

Tahu dirinya diserang, Prabowo Subianto langsung melakukan counter attack dengan memberikan serangan kepada Anis Baswedan tentang dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Jakarta yang besar dan kelangkaan pupuk di Jawa Tengah kepada Ganjar Pranowo.

 Ketika seorang pemimpin lebih sibuk untuk saling menjatuhkan satu sama lain daripada saling adu gagasan, maka yang akan dirugikan adalah Rakyat, karena rakyat dipertontonkan dengan contoh hal yang kurang baik dengan adegan saling menjatuhkan.

Alangkah baiknya di dalam Debat Capres dikembalikan sesuai dengan ajaran agama, yaitu Adab bermusyawarah. Ketika segala sesuatu dikembalikan pada pedoman agama dalam setiap urusan, maka kegiatan urusan tersebut akan mendapatkan keberkahan serta diberikan kelancaran.

Harapan ke depan untuk Debat Capres tahap kedua diberikan sesi untuk memperdalam visi dan misi serta gagasan untuk memecah permasalahan di publik. Kemudian Capres dan Cawapres melakukan tanda tangan kontrak integritas tentang realisasi janji yang sudah disampaikan di dalam debat Capres. Dikarenakan pengalaman debat Capres tahun 2019 banyak janji kampanye Capres yang tidak dilaksanakan dengan baik selama pemerintahan.

Sanksi administratif juga harus tertulis apabila Capres Cawapres tersebut tidak melaksanakan janji kampanye mereka selama 5 tahun. Contoh sanksi adalah tidak diperbolehkannya Capres tersebut mencalonkan kembali sebagai presiden pada periode selanjutnya.

Saya berharap ke depan supaya pada debat Capres tahap kedua nantinya, supaya masing-masing Capres bisa mengendalikan emosinya dikarenakan ditonton oleh publik.

Jadi kita harapkan ke depan Capres bisa mengendalikan emosional masing-masing, karena mereka akan menjadi calon pemimpin jutaan rakyat Indonesia dengan problematik segala permasalahannya. Jadi apabila Capres Cawapres tidak bisa menjaga emosionalnya, bagaimana mereka bisa memimpin rakyat ratusan juta penduduk Indonesia dengan baik.

Selain itu, tips yang bisa dilakukan yaitu kedepannya calon Presiden ketika melaksanakan debat Capres bisa mengontrol emosi dengan baik dengan cara melakukan teknik Relaksasi. Teknik relaksasi merupakan salah satu metode yang membantu seseorang untuk rileks serta mencapai keadaan ketenangan yang meningkat serta menurunkan stres. Metode ini juga sangat efektif untuk menurunkan kadar kortisol didalam tubuh yang berlebihan yang bisa menyebakan stres dan depresi pada seseorang.

Salah satu teknik relaksasi yang bisa saya sarankan adalah dengan teknik relaksasi nafas dalam di kombinasi dengan rendam kaki air hangat. Karena menurut penelitian yang saya lakukan pada tahun 2017 dengan judul “Efektivitas Kombinasi relaksasi nafas dalam dan rendam kaki air hangat” ternyata dalam penelitian tersebut sangat efektif menurunkan tekanan darah serta efektif menurunkan stres pada pasien Hipertensi.

Diharapkan penelitian tersebut bisa diaplikasikan kepada Capres dan Cawapres untuk bisa mengontrol tingkat emosional masing-masing supaya lebih baik dalam pertemuan debat Capres Cawapres kedua nantinya. *Red

 

Penulis: Prima Trisna Aji (Dosen Spesialis Medikal Bedah, S3 PhD Lincoln College University Malaysia)

Editor: Agustin 

*)Tulisan ini pernah dimuat patrolinews86.com