Ilustrasi daun salam: istockphoto

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama di seluruh dunia, dengan tingkat prevalensi yang terus meningkat setiap tahun. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa di Indonesia, kasus hipertensi masuk dalam lima besar penyakit paling umum di dunia. Prevaleni penyakit ini bahkan mencapai 34, 11%, menciptakan tantangan serius bagi kesehatan masyarakat.

Indonesia menempati peringkat tertinggi dalam jumlah kasus hipertensi, menjadi penyakit paling umum di negara ini. Pada tingkat pelayanan rawat jalan di rumah sakit, hipertensi menempati peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbanyak yang memerlukan perawatan medis.

Hipertensi sering disebut sebagai “The Silent Killer”, sebuah julukan yang merujuk pada sifat penyakit ini yang sering kali tidak menunjukkan gejala. Penderita penyakit Hipertensi mayoritas tidak menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi, karena penyakit ini kebanyakan penderita Hipertensi tidak merasakan gejala apa - apa. Penderita Hipertensi baru menyadari mengidap Hipertensi setelah mereka melakukan pemeriksaan tekanan darah secara langsung di fasilitas kesehatan. Dari prosentasi hanya sebesar 3% yang menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit Hipertensi, artinya sebanyak 97% penderita hipertensi mungkin tidak menyadari kondisinya, membuat diagnosis dini menjadi sangat penting. Kesadaran terhadap penyakit ini sering baru muncul setelah melakukan pemeriksaan tekanan darah di fasilitas kesehatan.

Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar penderita hipertensi baru menyadari kondisinya saat sudah mencapai tahap komplikasi serius, seperti penyakit jantung, stroke, gangguan penglihatan, perubahan kognitif, dan penyakit ginjal. Kejadian tragis sering terjadi di pedesaan, di mana penderita hipertensi dapat meninggal mendadak akibat kecelakaan domestik, seperti terpeleset di kamar mandi. Oleh karena itu, pendekatan preventif dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai hipertensi menjadi kunci untuk mengurangi dampaknya yang serius.

“Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji ketika memberikan sosialisasi terapi rebusan Daun Salam bagi Penderita Hipertensi”/Foto : Dokpri

Penyebab kematian mendadak seringkali terjadi karena penderita hipertensi mengalami tekanan darah yang melampaui 200 mmHg tanpa disadari. Ketika terpeleset di kamar mandi, pembuluh darah pasien dapat pecah, meningkatkan risiko terjadinya stroke, bahkan hingga kematian mendadak.

Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu penanganan farmakologis dan non-farmakologis. Penanganan farmakologis melibatkan penggunaan obat-obatan medis, sementara penanganan non farmakologis adalah terapi tambahan selain konsumsi obat medis. Setelah didiagnosis terkena hipertensi, seorang pasien diwajibkan untuk mengonsumsi obat seumur hidup guna menjaga tekanan darah agar terkontrol, mengurangi risiko komplikasi serius dari penyakit hipertensi.

Menurut penelitian yang saya lakukan, penderita hipertensi umumnya mengalami kekambuhan yang signifikan akibat kurangnya keteraturan dalam mengonsumsi obat. Hal ini dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah yang tidak terkontrol. Dalam upaya menekan tingkat kekambuhan, pada penelitian saya dengan judul “Pengaruh Rebusan Daun Salam terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”, masyarakat Jumapolo Karanganyar Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rebusan daun salam efektif menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di masyarakat Jumapolo, Karanganyar, Indonesia.

            Hasil penelitian tersebut berhasil menurunkan tekanan darah penderita hipertensi sebesar 23-30 mmHg. Kedisiplinan penderita dalam mengonsumsi dosis daun salam secara teratur akan meningkatkan efektivitas penurunan tekanan darah.

Cara pembuatan rebusan daun salam untuk penderita hipertensi yaitu dengan merebus 15 lembar daun salam dalam 750 cc air selama 15 menit. Rebusan kemudian disaring diminum dua kali sehari, 200 cc sebelum makan pagi dan sebelum makan sore hari, selama 7 hari berturut-turut.

Dari hasil penelitian, selain berhasil menurunkan tekanan darah penderita hipertensi, rebusan daun salam juga efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh di masa pandemi Covid-19. Rebusan daun salam juga terbukti efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah batu ginjal, menjaga kadar gula darah, menurunkan kolesterol, mencegah serangan jantung, mempercepat penyembuhan luka, dan mencegah osteoporosis. Meskipun bermanfaat, konsumsi berlebihan dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan radang akut, sehingga perlu dihindari.

Saya memilih daun salam sebagai objek penelitiannya karena tanaman ini mudah didapat di pedesaan, terutama di kota Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Selain mudah diperoleh, terapi rebusan daun salam juga terjangkau secara finansial dan mudah diolah. 

Saya berharap dengan penelitian ini bisa membuat masyarakat Indonesia menekan tingkat kekambuhan penyakit hipertensi, sehingga komplikasi penyakit hipertensi seperti kematian mendadak bisa dicegah. Perlu diingat, untuk pengobatan medis dan kontrol rutin tekanan darah harus berjalan beriringan. Hal ini bertujuan supaya tekanan darah pada penderita hipertensi bisa dimonitor secara teratur.

Selain itu, penelitian ini juga sudah resmi di publish di jurnal Kesehatan Harapan Bangsa serta sudah dilakukan sosialisasi kepada Kader di kota Karanganyar dan masyarakat Jumapolo, Karanganyar. Semoga penelitian ini bisa meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan dalam melakukan penelitian yang serupa, serta bisa meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi tentang pengobatan non-medis dan menekan laju kekambuhan hipertensi di Indonesia.

“Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji melakukan penelitian Rebusan Daun Salam Untuk Penderita Hipertensi”/Foto : Karikatur Rihad Humala

Penulis : Prima Trisna Aji (Dosen Spesialis Medikal Bedah, S3 PhD Lincoln College University Malaysia)

Editor: Agustin