Dokumentasi oleh: Dilla Tiva |
Pmiigusdur.com - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mengadakan Studium General di Pondok Pesantren Rahmatallil 'Alamin, (09/03/2024).
Acara yang menjadi bagian dari serangkaian Pelatihan Kader Dasar (PKD) ini, menghadirkan Ahmad Infaul Fahmi sebagai salah satu pemateri.
Fahmi mengatakan menggarisbawahi bahwa keberhasilan PMII bukan hanya karena nama, melainkan karena esensi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sakralitas PMII menjadi fondasi kuat untuk mencapai prestasi dan menghasilkan generasi yang berkualitas.
“PMII hanya sebatas nama, yang membuat menjadi sakral adalah apa yang ada di dalam PMII itu sendiri. PMII ada berkahnya. Kalau tidak sakral, tidak akan bisa sejauh sekarang, dan tidak bisa menghasilkan generasi seperti sekarang,” ucapnya.
Fahmi menyajikan tiga ranah yang mencerminkan kompleksitas peran dan kontribusi kader PMII dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu ranah formal, intelektual berorganisasi, dan spiritualitas.
“Pertama, ranah formal adalah bagi yang terlibat dalam Masa Pengenalan Anggota Baru (MAPABA), Pelatihan Kader Dasar (PKD) dan sejenisnya. Kedua, intelektual berorganisasi yaitu menaikkan gread intelektual dalam berorganisasi, ini sudah termasuk dalam ranah Aswaja al-Kharokah. Ketiga, spiritualitas yaitu lebih dari sekadar melaksanakan sholat, melibatkan aspek spiritualitas. Contoh nyata adalah Gus Dur, yang mampu bersikap inklusif terhadap semua golongan dengan prinsip humanity,” tuturnya.
Fahmi melanjutkan dengan merinci beberapa tipe kader dalam PMII.
“Kader pelopor, kader yang loyal dan siap datang saat PMII mengadakan acara. Kader inti biologis, kader yang mampu memahami keabsahan ilmu dengan jelas. Contoh sosok yang mampu menjadi kader ini adalah Gus Baha. Kader Fanatisme, kader yang terlalu emosional,” katanya.
Terakhir, Fahmi mengingatkan untuk menghindari sikap fanatik.
“Jangan sampai kita menjadi kader yang fanatik atau terlalu emosional (baperan), menyinggung bahwa Gus Dur sendiri tidak memiliki pendekatan fanatik,” pungkasnya.
Reporter: Agustin Fajariah Asih
0 Komentar