Doc: Dotsemarang


Pengalaman mengunjungi Museum Mandala Bhakti di Semarang benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Pada hari Senin, 16 September 2024 pada pukul 14.00 WIB bertempat di Museum Mandala Bhakti tepatnya di Kota Semarang. Saya memutuskan untuk menggali lebih dalam sejarah perjuangan Indonesia, terutama mengenai peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam mempertahankan kemerdekaan. Saya datang bersama sahabat-sahabati PMII Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat UIN Walisongo Semarang.

Bangunan Museum Mandala Bhakti sendiri dibangun pada tahun 1930-an dengan arsitektur kolonial Belanda, yang awalnya berfungsi sebagai pengadilan. Setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan ini dialihfungsikan menjadi museum untuk mengenang jasa-jasa tentara dan memperingati perjuangan bangsa Indonesia.

Dilihat dari luar saja, bangunan museum ini sudah terlihat megah dengan arsitektur kolonial Belanda yang klasik. Begitu memasuki museum, suasana langsung berubah menjadi hening dan penuh khidmat. Di depan pintu masuk, kami disambut oleh patung-patung pahlawan TNI yang tampak gagah, seolah-olah mereka ingin memberi penghormatan kepada para pengunjung. Kami mulai menjelajahi koleksi yang ditata rapi, mulai dari senjata peninggalan masa perjuangan, seragam tentara, hingga berbagai foto dokumentasi yang menggambarkan peristiwa heroik TNI.

Yang paling menarik bagi saya adalah diorama pertempuran besar. Diorama-diorama ini menampilkan situasi pertempuran dengan sangat detail, mulai dari strategi yang digunakan hingga perjuangan fisik para prajurit di medan perang. Saya benar-benar bisa merasakan betapa beratnya perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan negara ini. Panduan audio dan informasi tertulis yang disediakan di setiap diorama juga sangat membantu untuk memahami konteks sejarah dari setiap peristiwa yang ditampilkan.

Selain diorama, ada juga koleksi surat-surat, buku, dan dokumen penting yang berkaitan dengan pergerakan militer Indonesia pada masa kemerdekaan. Saya terpesona melihat peta-peta strategi militer dan bagaimana TNI merancang berbagai operasi untuk melawan tentara kolonial.

Salah satu bagian yang paling mengharukan adalah ketika kami sampai di ruangan yang memperlihatkan rekaman-rekaman asli pidato para pahlawan nasional. Mendengar suara-suara mereka berbicara tentang kemerdekaan dan perjuangan membuat saya merasa terhubung dengan semangat para pendahulu kita. Mereka berjuang tidak hanya dengan kekuatan fisik, tetapi juga dengan tekad yang tak tergoyahkan untuk meraih kemerdekaan.

Ketika menjelajahi museum, saya juga belajar tentang evolusi TNI dari masa penjajahan hingga sekarang. Koleksi-koleksi yang lebih modern, seperti kendaraan perang dan teknologi militer, juga ditampilkan, memberikan gambaran bagaimana TNI terus berkembang menjadi kekuatan pertahanan yang tangguh.

Sebelum pulang, saya sempat duduk sejenak di halaman museum yang tenang. Di sana, saya merenungkan betapa besar jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Kunjungan ke Museum Mandala Bhakti tidak hanya memberi pengetahuan sejarah, tetapi juga membangkitkan rasa syukur dan bangga sebagai warga negara Indonesia.

Pengalaman ini sangat berkesan dan membuat saya semakin menghargai perjuangan yang telah dilakukan oleh para prajurit dan pahlawan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan. Museum ini, bagi saya, adalah pengingat betapa pentingnya kita menjaga dan menghormati sejarah agar generasi mendatang tetap memahami betapa berharga kemerdekaan yang kita nikmati hari ini.

 

Penulis: Sabrina Lucretia Kanaya

Editor: Husenn