Sebelum kita membahas mengenai paradigma dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), mari kita membahas tentang pengertian paradigma. Apa itu paradigma? Paradigma adalah keyakinan dan kemantapan yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan sesuatu hal, seperti yang dipaparkan oleh lham Fikriansyah(2023) dalam website detikbali bahwasanya paradigma adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang mendasari seseorang dalam melakukan segala tindakan. Selain itu, hadirnya paradigma juga dapat mempengaruhi manusia dalam hal berpikir dan bersikap terhadap semua hal. Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn yang memiliki pemikiran yang hebat karena disebabkan oleh sejarah kehidupannya, sehingga dapat dikatakan bahwa sejarah merupakan kunci atau sebuah pondasi dalam menyusun gagasan paradigmanya tersebut. Dari sini bisa kita artikan bahwa paradigma adalah cara pandang yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan suatu hal yang dikehendakinya dan juga untuk mengambil keputusan yang baik dalam menilai persoalan dalam hidupnya. Dan untuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) adalah organisasi ekstra kampus yang didirikan oleh 13 tokoh mahasiswa muda pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya. PMII didirikan untuk membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertakwa, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta berkomitmen dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. PMII sendiri juga bertujuan untuk menjadi wadah dalam penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa NU.
Dalam ilmu sosial dan kehidupan, paradigma berfungsi untuk membangun sebuah teori yang dimana akan menjadi panduan untuk membangun kontruksi pemikiran dalam melakukan sebuah analisi yang menghasilkan hasil yang memuaskan. PMII memiliki konteks dalam pemilihan paradigma yang pada akhirnya akan menjadikan karakteristik dari komunitas PMII sendiri dalam memberikan analisis, memandang realita kehidupan dan juga merumuskan konsep-konsep teoritis terkait berbagai isu yang ada dalam masyarakat. Dalam sejarah PMII, tercatat bahwa adanya pergantian paradigma yang merupakan hasil dari adaptasi terhadap perubahan konteks ruang dan waktu. Bisa dikatakan bahwa PMII telah menggunakan dua paradigma karena hukum dapat berubah mengikuti tempat dan waktu yang pada akhirnya terpaku pada satu paradigma saja tidak bisa membentuk cara pandang dan pemikiran yang dimiliki, seperti yang dikemukakan oleh Thomas Khun bahwa paradigma dapat diartikan sebagai sudut pandang yang menjadi pijakan dasar dalam melihat sebuah persoalan yang ada. Oleh karena itu, terkadang ada seseorang atau komunitas yang memiliki paradigma lebih dari satu karena keyakinan kita terhadap paradigma yang kita anut dapat berbuah sesuai waktu dan tempat yang kita tempati.
Paradigma PMII tumbuh dan berkembang sesuai dengan respon terhadap kontekstual tantangan sosial, politik, dan budaya yang dihadapi oleh mahasiswa islam Indonesia dan pada akhirnya menjadi wadah untuk pemikiran dan aksi yang menciptakan beberapa paradigma
yang unik dalam menyikapi kehidupan yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Setelah beriringnya waktu, PMII yang telah berjalan lama akhirnya mengeluarkan tiga macam paradigma, diantaranya adalah:
1. Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran
Pada periode ini dipimpin oleh Muhaimin Iskandar (1994-1997) dimana pada periode ini mulai muncul karakteristik yang dimiliki warga dalam melihat, menganalisi, dan menyikapi sebuah persoalan yaitu sikap kritis dengan menggunakan teori kritis (paradigma pergerakan) karena dinilai dapat menjawab kegelisahan masyarakat yang sudah resah dengan situasi sosial politik nasional yang ditandai dengan:
-) Munculnya Negara sebagai aktor atau agen otonom yang peranannya mengatasi masyarakat yang merupakan asal-usul eksistensinya.
-) Menonjolnya peran dan fungsi birokrasi dan teknorasi dalam proses rekayasa sosial, ekomomi dan poitik.
-) Semakin terpinggirkannya aktor-aktor popular dalam masyarakat termasuk intelektual. -) Diterapkannya model politik eksklusioner melalui jaringan komparatis untuk menangani berbagai kepentingan politik.
-) Penggunaan secara efektif hegemoni ideologi untuk memperkokoh dan melestarikan legitimasi sistem politik yang ada.
2. Paradigma Krisis Transformatif
Paradigma ini diperkenalkan oleh tokoh yang bernama Syaiful Bahri Anshari (1997-2000) yang dasarnya terletak pada pendalaman teriotik paradigma serta pengambilan teori kritis mahzab Frankfrut dan dari dari kritisme wacana intelektual muslim se[erti Hasan Hanafi, Muhammad Arkound dan lainnya. Teori kritis adalah teori yang didalamnya berusaha untuk memperbarui dan merekontruksi teori yang membebaskan manusia dari manipulasi teknologi modern yang sangat merugikan. Ciri yang sangat khas dari teori kritik masyarakat ini adalah teori ini bertumpu pada pemikiran Karl Marx namun, sekaligus melampui bangunan ideologis marxisme bahkanmeninggalkan beberapa tema pokok Marx dan menghadapi masalah masyarakat industri mahu secara kreatif.
3. Paradigma Menggiring Arus, Berbasis Realitas
Lahir pada masa kepemimpinan Heri Hartanto (2006-2008) yang dimunculkan karena beberapa alasan yang diantaranya sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman yang semakin pesat perkembangan teknologi dan juga perkembangannya. Lahirnya paradigma ini memberikan pengaruh dari gerakan perlawanan PMII yang semakin pasif dalam melawan negara maupun kekuasaan kapitalis internasional. Pada masa ini juga PMII kesulitan dalam menentukan arah gerak yang disebabkan perkembangan teknologi dan globalisasi yang berdampak pada pergerakan neoriberalisme.
4. Wacana Paradigma Produktif Sebagai Modal PMII
Perkembangan teknologi yang semakin berkembang seringnya berjalannya waktu adalah tantangan yang harus dihadapi kita saat ini. Pada masa-masa ini PMII penuh dengan kader kader yang merupakan masyarakat digital yang murni sehingga PMII sangat memerlukan sekali paradigma baru untuk menuntaskan permasalahan ini tidak lain adalah paradigma produktif. Pada dasarnya, paradigma ini merupakan sebuah bentuk implementasi dari bagian jargon PMII yaitu amal shaleh. Karena banyak sekali diadakannya diskusi namun diskusi
tersebut tidak membuahkan apapun padahal ebuah hasil atau karya paling penting di zaman ini.
Dan sekarang kita akan membahas sedikit mengenai modernisasi. Modernisasi adalah perubahan yang berawal dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dengan proses yang harus dilalui agar masyarakat tradisional tidak selalu tertinggal oleh perubahan zaman yang semakin berkembang pesat. Didalam paradigma PMII juga terdapat urgensi dalam gerakan dan wacana kader diantaranya adalah:
1. Ketangguhan Identitas Islam
Dalam PMII, kader akan ditanamkan mengenai cara memandang identitas islam yang baik sebagai elemen yang kritis untuk dijaga agar dalam implementasi kehidupan sehari-hari dapat dihadapi dengan baik sesuai dinamika modern yang sendirinya berdasarkan pemahaman yang baik.
2. Kritis terhadap Tantangan Zaman
Paradigma PMII mengajarkan kepada kader bagaimana pentingnya pemikiran kritis dalam menyikapi sosial dan politik, tidak hanya mengikuti tren-tren yang fomo melainkan ikut terlibat dalam prosesnya dan dapat membuahkan hasil.
3. Pengembangan Karakter
Kader juga akan dilatih untuk menjadi kader yang memiliki karakter baik dengan memberikan pengetahuan mengenai nilai-nilai islam dan semangat keilmuan juga berkomitmen untuk menjadi kader yang religious, bertanggung jawab, dan mampu memimpin dengan adil.
4. Kontribusi terhadap Perkembangan Zaman
Dengan memberikan kontribusi yang positif, kader PMII akan diarahkan untuk berpartisifasi secara aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan menjadi penggerak perubahan yang akan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Beberapa faktor yang membuat paradigma PMII menjadi pondasi penting dalam organisasi ekstra kampus untuk membentuk pribadi yang baik dengan menanamkan nilai nilai keislaman dan implemetasinya dalam kehidupan sehari-hari juga dampaknya bagi masyarakat luas, menjadi pendorong yang kuat untuk beraksi dalam perubahan zaman yang semakin berkembang.Paradigma PMII sendiri hadir sebagai respon atas dasar situasi yang terjadi, dari kejadian yang banyak sekali hadir mengakibatkan paradigma terus berkembang dan pada akhirnya menjadi dasaran dalam kegiatan pergerakan. Paradigma PMII sangat penting untuk melihat secara jelas posisi dimana dan Gerakan PMII pada saat-saat ini dan seterusnya. Pada era baru PMII ditengah dinamika zaman yang terus berkembang pesat melahirkan fase pembaharuan yang sangat baik dengan lahirnya semangat berjuang, strategi, dan orientasi gerakan yang lebih progesif, inklusif, dan responsif terhadap tantangan perkembangan zaman. Era baru PMII adalah era reformasi yang dimana kader-kader tidak lagi berfokus pada narasi lama, melainkan akan lahir sebagai aktor utama dalam perubahan, karena dalam era baru ini, PMII berkomitmen untuk:
a. Membangun Kader Inovatif yang mampu umtuk membaca realitas atau kenyataan sosial dengan pemikiran kritis dan menawarkan solusi yang kreatif berbasiskan nilai-nilai kehidupan.
b. Memperluas Jejaring Kolaborasi, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga tingkat internasional untuk memperjuangkan keadilan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan.
c. Menguatkan digitalisasi gerakan, menghadirkan PMII dalam ruang-ruang digital sebagai kekuatan narasi keummatan dan kebangsaan.
d. Merevitalisasi nilai-nilai dasar pergerakan (Aswaja, independensi, dan profesionalisme), agar tetap relevan dan adaptif terhadap perubahan sosial, politik, budaya, dan ekonomi.
Pada intinya, PMII selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Mulai dari paradigma yang kritis terhadap penguasa, sampai paradigma yang mendorong kader untuk lebih produktif dan melek teknologi, PMII terus berinovasi agar tetap relevan. Di era sekarang, tantangan semakin berat: teknologi berkembang pesat, ketidakadilan sosial masih ada, dan pemikiran kritis sangat dibutuhkan. Namun, PMII punya modal kuat: kader
kader yang berpegang pada nilai Islam dan kebangsaan, siap berkontribusi untuk masyarakat. Dengan semangat kolaborasi, pemanfaatan teknologi, dan komitmen pada nilai-nilai dasar, PMII akan terus menjadi wadah bagi mahasiswa yang ingin membuat perubahan nyata. PMII bukan sekadar organisasi, tapi tempat belajar dan bertindak. Tantangan ke depan besar, tapi selama kader PMII tetap kritis, kreatif, dan berakhlak baik, mereka akan selalu menjadi kekuatan untuk kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Saputra Angga. (2025). Modul Pelatihan Kader Dasar 2025. Semarang. PMII Rayon Abdurrahman Wahid.
Masterman, M. (1970). The nature of a paradigm. In I. Lakatos & A. Musgrave (Eds.), Criticism and the growth of knowledge. Cambridge University Press.
Fikriansyah Ilham. (2023). Memahami Paradigma dari Pengertian, Jenis, dan Contohnya. detikbali,https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https:// www.detik.com/bali/berita/d-6572319/memahami-paradigma-dari-pengertian-jenis-dan contohnya&ved=2ahUKEwjh66DAjbWNAxV44DgGHSBLAPgQFnoECEoQAQ&usg=AOv Vaw0qZ8z3HTecnTeYIDS35X5M, diakses pada tanggal 17 Mei 2025.
0 Komentar