Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak. Tujuan pendidikan menurutnya adalah agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Pada di Era Digital ini, teknologi AI masih terus menjadi perbincangan hangat dalam berbagai bidang, perkembangannya yang kini begitu cepat juga membuat AI telah menjadi salah satu inovasi paling berpengaruh dalam peradaban manusia di awal abad ke-21. Teknologi AI telah merevolusi hampir setiap aspek kehidupan manusia, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Penerapan AI dapat melibatkan penggunaan teknologi, seperti pembelajaran mesin (marchine learning), chatbot, augmented reality (AR), virtual reality (VR), Generative AI, dan masih banyak lagi.
ChatGPT atau Conversational Generative Pre-training Transformer adalah model bahasa generatif yang dikembangkan oleh OpenAI menggunakan teknologi deep learning untuk menghasilkan teks yang realistis dan beragam. Model ini dibuat dengan menggunakan arsitektur transformer yang dapat memproses teks lebih panjang dan menghasilkan teks yang lebih kompleks dibandingkan model sebelumnya (OpenAI, 2022)
Konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang holistik, dimana murid atau peserta didik dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah rasio, olah rasa, olah jiwa dan olah raga melalui proses pembelajaran dan lainnya yang berpusat pada murid dan dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan. Hal ini seiring dengan empat pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Dua pilar pertama telah dipraktekan pada sistem pendidikan kita yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi itu terasa tidak cukup karena kita mengharapkan manusia Indonesia yang tidak hanya memiliki kecerdasan tetapi juga harus berkarakter. Manusia Indonesia dituntut juga harus memahami jati dirinya sebagai manusia.
Relevansi AI Konsep Pembelajaran Ki Hadjar Dewantara terutama dengan semboyan "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" (di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan), sangat relevan dengan perkembangan AI dalam pendidikan. Berikut beberapa relevansi konsep ini dengan teknologi AI:
Personalisasi Pembelajaran
AI memungkinkan pembelajaran yang lebih personal bagi setiap siswa, sejalan dengan prinsip "tut wuri handayani," di mana siswa diberi dorongan dan bimbingan sesuai kebutuhan individu mereka. Dengan AI, setiap siswa bisa memiliki materi dan cara belajar yang disesuaikan dengan kemampuan dan minatnya.
Peran sebagai Fasilitator
Guru dalam konsep Ki Hadjar Dewantara berperan sebagai fasilitator atau mentor, dan AI bisa mendukung peran ini dengan memberi data analisis kemajuan siswa atau pola belajar yang efektif. Ini memungkinkan guru memfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek yang membutuhkan interaksi manusia, seperti membangun karsa atau semangat belajar.
Pembelajaran Mandiri dan Kreatif
AI dapat menyediakan berbagai sumber dan materi belajar yang mendukung siswa untuk belajar secara mandiri dan kreatif, sejalan dengan konsep “ing madya mangun karsa.” Misalnya, dengan teknologi chatbot atau virtual tutor, siswa bisa bertanya kapan saja dan mendapatkan jawaban instan, yang membantu mereka membangun pemahaman secara mandiri.
Memberi Contoh Melalui Aplikasi AI
Prinsip "ing ngarsa sung tuladha" dapat diwujudkan melalui AI yang memodelkan proses pemecahan masalah, seperti melalui simulasi, game edukatif, atau analisis studi kasus. Dengan demikian, AI bisa memberikan teladan atau contoh yang konkret tentang bagaimana berpikir kritis, memecahkan masalah, atau menyelesaikan tugas.
Evaluasi dan Feedback yang Cepat
Dalam pendekatan Ki Hadjar Dewantara, penting bagi siswa untuk mendapatkan umpan balik yang membangun. AI memungkinkan evaluasi yang cepat dan terstruktur, sehingga siswa dapat mengetahui hasil kerja mereka dan memperbaiki diri dengan cepat, tanpa harus menunggu lama.
Kesimpulan Pemanfaatan AI dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara memungkinkan pendidikan yang lebih personal, interaktif, dan adaptif, sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Dalam prinsip “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” AI dapat membantu guru menjadi fasilitator yang lebih efektif melalui pembelajaran yang personal dan otomatisasi evaluasi, sehingga guru dapat fokus pada pembinaan karakter siswa. AI juga mendorong kemandirian belajar siswa dan menyediakan contoh nyata dalam proses berpikir kritis. Secara keseluruhan, AI berpotensi memperkaya pendidikan Indonesia dengan tetap menghormati nilai-nilai dan prinsip Ki Hadjar Dewantara yang mengedepankan pembentukan karakter, kreativitas, dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Penulis: Sabrina Lucretia
0 Komentar