Oleh: M. Andi Hakim 
 
Hidup Mahasiswa!, Hidup Rakyat Indonesia!, merupakan salah satu contoh pekikan yang lazim yang kita dengar bahkan teriakan sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa sebagai kaum muda identik dengan semangat dan kemauan berfikir keras untuk mengembangkan dirinya.

Agent Of Social Change, Social Control, Social Engineering melekat pada kaum ini mengingat perannya yang begitu penting di masyarakat. Image tersebut berangkat dari ijtihad, pemikiran, dan peran gerakan yang dilakukan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam perkembangan sejarahnya, gerakan mahasiswa memiliki polarisasi yang mencirikan fase tertentu. Seperti yang penulis rasakan saat masih menempuh pendidikan sarjana, tentu ada beda karakeristik gerakan di periode tertentu. Agar tidak meluas penulis mencoba menguraikan perkembangan gerakan mahasiswa dalam scope yang lebih kecil, yakni Pergerakan Mahasiswa Islma Indonesia (PMII).

Aswaja Sebagai Ideologi Gerakan
Sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan, yang lantang menyuarakan keadilan dan kebenaran, PMII menjadikan Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai landasan idealnya. Konsepsi berfikir tersebut kemudian menjadi arah pergerakan lembaga ini. 

Aswaja bukan sebatas sebagai madzhab yang kontekstual dengan kondisi masyarakat Indonesia (Islam Pribumi)., tetapi juga sebagai Manhajul Fikr yang menjadikan akal fikiran sebagai suatu alat analisa dalam menyelesaikan problematika masyarakat, baik di bidang keagaamaan maupun sosial. 

Artinya ruang aswaja yang diyakini oleh PMII tidak bersifat kaku dan privat, namun juga menjadi cara berfikir dalam mengurai berbagai persoalan kehidupan. Kemudian dalam praktiknya, aswaja PMII memiliki empat prinsip dalam menyikapi persoalan diantaranya: 

Pertama, Moderat (tawassut) yang berarti PMII mengambil posisi tengah dalam setiap ijtihad pemikirannya dan memiliki cara pandang yang otentik terhadap sesuatu. 

Kedua. Toleran atau tasamuh, artinya PMII terbuka terhadap semua golongan, dan tidak terkotak-kotak dalam kebekuan golongan tertentu.  

Ketiga, Seimbang (tawazun) yang berarti berupaya untuk menghilangkan kesenjangan yang terjadi di masyarakat dalam berbagai bidang. Keempat, Proporsional (ta’adul) artinya PMII menyusung keadilan bagi semua, tidak untuk golongan tertentu saja. 

Jika kita mengkaji tujuan ideal dari terbentuknya PMII, hal tersebut tentu merupakan paket lengkap yang matang sebagai sebuah organisasi gerakan. Mahasiswa yang merupakan elemen penting di dalamnya memegang mandat yang suci, karena tidak berjuang untuk dirinya sendiri tapi untuk kemaslahatan orang banyak. Dari beberapa unsur kerangka ideologi tersebut, terepresentasikan menjadi karakter yang kritis dan progresif. Namun, pertanyaannya apakah hal tersebut masih lestari di kalangan gerakan PMII? 

Bersambung ke Reinvensi Kultur Gerakan PMII (2)